Jika ada yang bertanya, "Apa rencanamu di masa depan?" mungkin bagi orang yang masih lajang pertanyaa seperti itu sangat sulit jawabannya. Sampai sekarang pun aku masih bingung dengan tujuanku sendiri, apa yang akan kulakukan di masa depan, rencana yang perlu aku susun, semuanya seolah hanya berputar-putar saja di kepalaku. Aku tidak pernah merasa benar-benar mempunyai tujuan yang pasti sejak saat itu, ya, sejak dia mengecewakanku. Sejak saat itu hidupku seolah tanpa tujuan, walaupu sudah banyak cara kulakukan untuk move on darinya, tapi tetap saja sulit. Ah, mungkinkah itu karmaku, karena aku juga sering mengecewakan orang-orang yang tulus kepadaku, bahkan sampai saat ini juga tetap kukecewakan mereka.
Kisahku amat panjang, sepanjang Kali Badheg di belakang Pesantren. Bedanya, sungai ini jelas muaranya, di pantai Mangkang sana, tempat biasa aku memancing bersama kawan-kawan dulu, tapi muara kisahku belum jelas ujungnya, masih mengalir seperti dulu, berliku, penuh batu, tapi juga kadang di tengahnya indah melenakan.
Jika aku disuruh memilih, aku lebih memilih hidup seperti mereka, yang dengan segala kekurangannya mereka mampu dengan tegas memilih untuk bahagia. Kesederhanaan seorang sahabat belum bisa meluruhkan segala ego besarku, aku tau aku akan jauh tertinggal dari mereka, tapi aku acuh tidak mau tau, sikap seperti apa itu? Sadar dengan kesalahan sendiri tetapi enggan memperbaikinya. Kadang aku kesal dengan diriku sendiri, dengan sikapku yang seperti itu.
Sekarang sepertinya aku harus mulai sadar, aku bukan hanya milikku sendiri, aku juga milik mereka yang masih menyayangiku, keluargaku, sahabatku, yang entah siapa saat ini, teman-temanku, dan entah siapa lagi yang mau peduli denganku. Saatnya memikirkan masa depan, paling tidak bisa membuat keluargaku tenang, karena dengan sikapku seperti yang sekarang aku yakin bahwa mereka sebenarnya kecewa. "Kapan nikah?" adalah kata yang cukup sering aku dengar belakangan ini, bukan tanpa sebab, karena di usiaku yang menginjak 29 tahun ini aku belum juga bisa lepas dari belenggu cintanya, ya, cinta (sejati) pertamaku. Walaupun aku tidak tau apakah perasaan itu murni cinta ataukah hanya sekedar nafsu, entahlah. Ingin rasanya kutambatkan hati ini pada sesosok insan yang mau mengerti keadaanku, banyak yang mau sebenarnya, tapi entah mengapa seperti ada rasa kurang percaya pada mereka, mungkin karena keangkuhanku.
Segala rencana telah kususun rapi sebenarnya, kehidupan masa depan, usaha, sampai keluarga. Tapi apalah daya, semuanya hanya sebatas angan sekarang, (tidak) mungkin terwujud. Mungkin pilihan terbaik adalah dengan menyusunnya kembali, ibarat cerita, harus kutulis ulang naskahnya, mengganti tokoh di dalamnya, dan sedikit mengubah jalan ceritanya.
Yah, inilah aku dengan segala keadaanku. Hanya berusaha menggapai mimpi yang tak pasti.
Semarang, 30 Januari 2016
Pukul 03.30 WIB